Keberhasilan petani mengelola usaha agribisnis harus
selalu diasah dan terus dipacu dengan pengelolaan usahatani yang
berkesinambungan dan mau bermitra usaha guna keberlangsungan pengelolaan
usahatani. Banyak manfaat yang akan didapatkan oleh petani sebagai wirausaha
bila mau dan mampu melakukan mitra usaha
yang akan memberikan nilai tambah dalam pengelolaan usahatani meliputi :
1)
mengoptimalkan alokasi sumber
daya pada satu titik waktu dan lintas generasi;
2)
meningkatkan efisiensi dan
produktivitas produk-produk pertanian karena adanya keterpaduan produk
berdasarkan permintaan;
3)
meningkatkan efisiensi
masing-masing subsistem agribisnis dan harmonisasi keterkaitan antarsubsistem
melalui keterpaduan antarpelaku;
4)
terbangunnya kemitraan usaha
agribisnis yang saling membutuhkan, memperkuat, dan menguntungkan; dan
5)
adanya kesinambungan usaha yang
menjamin stabilitas dan kontinuitas pendapatan seluruh pelaku dalam sistem
usaha agribisnis tersebut.
Bermitra usaha akan dapat berhasil bila petani sebagai wirausaha mau dan
mampu memahami dan melakukan pengelolaan usahatani dengan nuansa budaya
usahatani partisipatif sebagaimana diungkapkan oleh. Syahyuti (2006) yang
mendefinisikan partisipasi sebagai proses pelibatan seluruh pihak dalam proses
pembangunan. Oleh karena itu, pembangunan partisipatif dalam konteks
pembangunan pertanian berkelanjutan dengan pendekatan sistem agribisnis dan
kemitraan usaha adalah proses yang melibatkan keseluruhan pelaku agribisnis
dari hulu hingga hilir dalam pengambilan keputusan substansial yang berkaitan
dengan eksistensi dan keberlanjutan usaha. Pembangunan pertanian secara
partisipatif akan menjamin keberhasilan dan keberlanjutan pembangunan itu
sendiri.
Petani sebagai wirausaha selain ketekunan dalam bekerja keras untuk
mencapai keberhasilan dalam mengelola usahatani dengan cara bermitra usaha
tidak dapat dilepaskan dari jiwa wira usaha yang sudah harus dimiliki oleh
setiap pengelola usahatani yang berkonsentrasi sebagai wirausahawan.
“Jiwa Wira Usaha“ yang harus
dimiliki oleh petani sebagai wirausaha meliputi ;
1.
Berani dan mampu menanggung
resiko.
2.
Selalu ingin maju dan tidak cepat
puas.
3.
Tidak suka tergantung atau
mengandalkan bantuan orang lain (kemandirian.
4.
Mau dan mampu melakukan pemupukan
modal.
5.
Dalam mengembangkan usaha akan
berinvestasi dari pendapatan hasil “ Keuntungan usaha “ yang dikelola
wirausahawan.
6.
Sadar dan tahu betul “
Perencanaan usaha “ merupakan kunci
keberhasilan “ dalam pengelolaan usaha .
7.
Terbuka untuk menerima ide ide
baru dan saran untuk pengembangan usaha yang dikelolanya
8.Disiplin dalam waktu.
9.Mau dan mampu untuk menepati perjanjian
1.
Ciri-Ciri dan
Watak Wirausahawan
Wirausahawan dituntut mampu
melakukan pemaduan watak pribadi, pengelolaan keuangan dan sumber-sumber daya
yang ada di lingkungan usaha dan memiliki memiliki kemampuan untuk mengevaluasi
kegiatan usaha serta mampu membaca atau menganalisa peluang-peluang yang ada.
Ciri-ciri wirausahawan menurut
Vernon A dkk, ( 1989 ) sebagai berikut :
1. Mempunyai keinginan yang kuat untuk berdiri
sendiri
2. Memiuliki kemauan dan kemampuan dalam
mengambil resiko
3. Mau untuk belajar dari
pengalaman
4. Mampu untuk memotivasi diri
sendiri
5. Memiliki semangat untuk bersaing
6. Orientasi pada kerja keras
7. Percaya pada
diri sendiri
8 Selalu termotivasi untuk
berprestasi
9. Tingkat energi yang tinggi;
10. Mampu bersikap tegas
11. Mampu mempunyai keyakinan
pada kemampuan diri sendiri.
2.
Prinsip-Prinsip Wirausaha
Petani sebagai
wirausaha selain dituntut memiliki watak sebagai wirausahawan, juga harus mampu memahami tentang prinsip-prinsip
wirausaha yang akan membatu dalam pengelolaan usahatani.
Prinsip-prinsip
Wirausaha sebagai berikut :
a. Mengenal potensi
diri
Petani sebagai wirausahawan dalam mengelola usahatani
dituntut mau dan mampu untuk mengenal potensi diri sendiri yang berupa
kelemahan dan kekuatan sebagai potensi yang akan menjadi motivasi diri dalam
meraih keberhasilan dalam pengelolaan usahatani
b.
Berani menghadapi tantangan
Petani sebagai wirausaha dituntut mampu
memiliki keberanian dalam menghadapi tantangan. Dengan seringnya menghadapi
tantangan dan berhasil mencari solusi yang tepat lama kelamaan akan
membentuk petani sebagai wirausaha yang memiliki kepribadian ingin hidup mandiri
c.
Mental yang
tangguh dengan kemauan yang keras
Petani sebagai wirausahawan
dituntut mampu memiliki sifat yang tidak gampang menyerah sebagai wirausaha harus
mampu memegang prinsip yang tangguhb dan memiliki semangat dalam mengelola
usaha, agar keberhasilan pengelolaan usahatani dapat diraih dengan keberhasilan
yang memberikan nilai tambah pada pendapatan
d.
Disiplin diri
Disiplin diri sangat penting bagi petani sebagai wirausaha
yang akan menghantarkan keberhasilan dalam pengelolaan usahatani agribisnis.
Disiplin diri yang harus mampu diwujudkan oleh petani sebagai wirausaha
agribisnis meliputi ketepatan waktu utamanya bila terkait dengan perjanjian
yang sudah disepakati.
e.
Hemat dan cermat
Petani sebagai wirausaha sepatutnya
memiliki kemampuan untuk
memanfaatkan keuangan yang sesuai dengan kebutuhan dan hanya untuk keperluan
menunjang keberhasilan pengelolaan usahatani.
f.
Keterbukaan
Petani sebagai wirausaha dituntut mampu untuk
menerima saran-saran dari orang lain yang akan berguna untuk kemajuan
pengelolaan usahatani. Dengan sikap keterbukaan akan memudahkan bagi petani
sebagai wirausaha untuk mengurangi terjadinya kesalahan dalam pengelolaan
usahatani.
g.
Wibawa dan jujur
Kejujuran dan wibawa menjadi persyaratan yang harus
dimiliki oleh petani sebagai wirausaha dalam mengambil keputusan. Dengan
memiliki jiwa kejujuran bagi petani sebagai wirausaha akan senantiasa
mendapatkan kepercayaan dari pihak mitra usaha yang akan berpengaruh pada
keberhasilan pengelolaan usahatani.
h.
Percaya diri
Percaya diri merupakan syarat utama bagi petani sebagai
wirausaha dalam mengelola usahatani agribisnis. Percaya diri yang harus mampu
diwjudkan dalam pengelolaan usahatani agribisnis harus dimulai dari sikap dan
keyakinan dalam mengelola usahatani yang dimulai dari tahapan memulai usaha
sampai pada akhir proses kegiatan usahatani yang dikelola agar keberhasilan
pengelolaan usahatani dapat dicapai.
i.
Memperhatikan keadaan pasar
Membaca peluang
pasar harus menjadi acuan utama bagi petani sebagai wirausaha dalam mengelola
usahatani agribisnis. Peluang pasar harus menjadi acuan dasar dalam
menghasilkan produksi yang sesuai dengan kebutuhan konsumen.Dalam melaksanakan
usaha harus berpegang prinsip sesuai keadaan pasar.
j.
Manajemen yang baik
Pengelolaan manajemen usahatani harus dipegang
teguh oleh petani sebagai wirausaha yang akan membantu dalam mengendalikan usahatani
agribisnis yang dikelolanya;
3. Pemberdayaan
Masyarakat sebagai Tenaga Kerja Potensial
Pemberdayaan
masyarakat merupakan isue nasional yang harus mampu diwujudkan oleh semua pihak
yang terlibat dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat tani. Pemberdayaan
masyarakat dikaitkan dalam pengelolaan
usahatani agribisnis harus mampu melibatkan petani sebagai pelaku utama usaha
untuk ikut berperan serta yang kita kenal akrab dengan nama partisipatif.
Pembangunan
pertanian berkelanjutan harus menjadi nyawa dalam pengembangan usahatani
agribisnis dengan mengutamakan potensi yang ada diwilayah lingkungan
pengelolaan usahatani guna menghasilkan komoditi unggulan daerah yang sekaligus
akan memberikan nilai tambah pada masyarakatnya.
Pemberdayaan pada
masyarakat tani tidak bisa dilepaskan dari peran SDM pertanian yang ada
diperdesaan dan sekaligus menjadi unggulan daerah kabupaten/ kota dalam
memberikan nilai tambah keberhasilan pembangunan pertanian. Lebih lanjut
dijelaskan oleh Winarni dalam tulisan Sulistiyani (2004:79), pemberdayaan
terdiri dari tiga titik pokok yaitu pengembangan (enabling ), memperkuat
potensi atau daya (empowering), dan terciptanya kemandirian. Dengan
petani mampu melakukan pengelolaan usahatani agribisnis yang sesuai dengan
teknologi anjuran. dapat diartikan pemberdayaan petani mampu untuk menuju
proses kemandirian sesuai dengan tahapan kemampuan yang dimiliki oleh petani.
4. How to Become
“SMART ENTREPRENEUR”
Petani sebagai wirausaha dituntut untuk
mampu menjadi petani yang mengelola usahatani agribisnis berkelanjutan dan
mampu memiliki jiwa wira usaha yang smart dan mampu untuk mengambil keputusan
yang berani, cepat dan tepat serta mempunyai kepercayaan diri yang kuat.
Petani sebagai
wirausaha diharapkan mampu menjadi “ wirausahawan yang cerdas”. Seorang
wirausahawan yang cerdas memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
S =
Strategic
thinker and strong emotional;
M = Motivator yang handal bagi diri sendiri
atau tim (self leader);
A = Ambisius karena “high achiever”;
R = Risk
manager, not just a risk taker;
T = Totalitas
dalam bekerja dan target oriented yang penuh komitmen dan konsisten.
Wiseman menemukan 4 faktor yang membedakan mereka
yang beruntung dari yang sial :
1. Sikap terhadap peluang.
Orang beruntung ternyata memang
lebih terbuka terhadap peluang. Mereka lebih peka terhadap adanya peluang,
pandai menciptakan peluang, dan bertindak ketika peluang datang. Bagaimana hal
ini dimungkinkan? Ternyata orang-orang yg beruntung memiliki sikap yang lebih
rileks dan terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru. Mereka lebih terbuka
terhadap interaksi dengan orang-orang yang baru dikenal dan menciptakan
jaringan-jaringan sosial baru. Orang yang sial lebih tegang sehingga tertutup
terhadap kemungkinan-kemungkinan baru.
2. Menggunakan intuisi dalam membuat keputusan.
Orang yang beruntung ternyata lebih mengandalkan intuisi daripada logika.
Keputusan- keputusan penting yang dilakukan oleh orang beruntung ternyata
sebagian besar dilakukan atas dasar bisikan “hati nurani” (intuisi) daripada
hasil otak-atik angka yang canggih. Angka-angka akan sangat membantu, tapi final decision umumnya dari “good feeling”. Yang barangkali sulit
bagi orang yang sial adalah, bisikan hati nurani tadi. Bagaimana kita bisa mendengar
jika otak kita pusing dengan penalaran yang tak berkesudahan.
Makanya orang beruntung umumnya
memiliki metoda untuk mempertajam intuisi mereka, misalnya melalui meditasi
yang teratur. Pada kondisi mental yang tenang dan pikiran yang jernih, intuisi
akan lebih mudah diakses. Dan makin sering digunakan,
intuisi kita juga akan semakin tajam. Lalu bagaimana cara “mendengarkan
intuisi”? Apakah tiba-tiba ada suara yang terdengar menyuruh kita melakukan sesuatu?
Sesungguhnya
intuisi itu sering muncul dalam berbagai bentuk, misalnya:
- Isyarat dari badan. Badan kita
sesungguhnya sering memberi isyarat-isyarat tertentu yang harus anda maknakan.
- Isyarat
dari perasaan. Tiba-tiba saja anda merasakan sesuatu yang lain ketika sedang
melihat atau melakukan sesuatu. Misalnya rasa “excited”.
- Isyarat
dari luar. “follow the omen”,
demikian Paulo Coelho berkata di buku the Alchemist. Baca “isyarat″ dari luar yang datang pada anda.
3. Selalu berharap kebaikan akan datang.
Orang
yang beruntung ternyata selalu berpikir positif terhadap kehidupan. Selalu
berprasangka baik bahwa kebaikan akan datang kepadanya. Dengan sikap mental
yang demikian, mereka lebih tahan terhadap ujian yang
menimpa mereka, dan akan lebih positif dalam berinteraksi dengan orang lain.
4. Mengubah hal yang buruk menjadi baik.
Orang-orang
beruntung sangat pandai menghadapi situasi buruk dan merubahnya menjadi
kebaikan. Bagi mereka setiap situasi selalu ada sisi baiknya. Dalam salah satu tesnya Prof Wiseman meminta peserta untuk membayangkan sedang
pergi ke bank dan tiba-tiba bank tersebut diserbu kawanan perampok bersenjata.
Peserta diminta mengutarakan reaksi mereka. Reaksi orang dari kelompok sial umumnya adalah: “wah
sial, ada di tengah-tengah perampokan begitu”. Sementara reaksi orang beruntung,
misalnya adalah: “untung bisa ada disana,
saya bisa menuliskan pengalaman saya untuk media dan dapet duit”. Apapun
situasinya orang yg beruntung selalu untung terus. Mereka dengan cepat mampu
beradaptasi dengan situasi buruk dan merubahnya menjadi keberuntungan.
Menjadi
Wirausahawan yang sukses itu bukan karena:
§
Guratan
nasib (jalan hidup).
§
Keturunan.
§
Peluang yang bagus.
§
Mempunyai modal besar.
§
Bakat,
§
Tidak
bisa dipelajari
Referensi:
www.gerbangpertanian.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar