Selasa, 31 Januari 2017

EM 4



Teknologi EM adalah teknologi biaya rendah karena menggunakan limbah daur ulang dari sisa-sisa pertanian itu sendiri. Teknologi EM mudah dilaksanakan, mudah diajarkan kepada para petani, tidak membahayakan bagi petani maupun konsumen.
Selain itu produktivitasnya berkelanjutan (tidak mengalami penurunan) dan akrab lingkungan. Berkualitas tinggi tidak tercemar kimia dan memerlukan air irigasi relative lebih sedikit dibanding dengan teknologi konvensional. Semakin lama sumberdaya alam terutama tanah, air dan udara semakin kecil mengakibatkan derajat kesehatan umat manusia akan semakin membaik.
EM-4 merupakan suatu cairan berwarna kecoklatan dan beraroma manis asam(segar) yang di dalamnya berisi campuran beberapa mikroorganisme hidup yang menguntungkan bagi proses penyerapan/persediaan unsur hra dalam tanah. Kegunaannya banyak sekali, tidak hanya untuk pertanian saja, tapi bisa juga untuk keperluan rumah tangga, sebut saja.. untuk WC yang bau, kandang ayam yang bau, kandang kelinci, kambing, darah ikan/ayam, di mana-mana yang bau..got, tempat jual ayam dll
Pada tahun 1980-an, Prof. Dr. Teruo Higa dari University of The Ryukus, Okinawa, Jepang telah mengadakan penelitian terhadap sekelompok mikroorganisme yang dengan efektif dapat bermanfaat dalam memperbaiki kondisi tanah, menekan pertumbuhan mikroba yang menimbulkan penyakit dan memperbaiki efisiensi penggunaan bahan organik oleh tanaman. Kelompok mikroorganisme tersebut disebut dengan Effective Microorganisms yang disingkat EM.
Teknologi EM dikembangkan untuk menunjang pembangunan pertanian ramah lingkungan, menekan penggunaan pupuk kimia dan pestisida dengan sistem alami yang akhirnya dapat meningkatkan produktivitas tanah, mengurangi biaya produksi dan menghasilkan bahan pangan yang bebas bahan kimia sehingga bersih dan sehat untuk di konsumsi.
Teknologi EM yang sudah mulai akrab dengan masyarakat adalah Effective Microorganisms-4 biasa disingkat EM-4 adalah suatu kultur campuran beberapa mikroorganisme yang dapat digunakan sebagai inokulan mikroba yang berfungsi sebagai alat pengendali biologis. Mikroorganisme tersebut berfungsi dalam lingkungan hidup tanaman sebagai penekan dan pengendali perkembangan hama dan penyakit.
EM-4 mengandung beberapa mikroorganisme utama yaitu bakteri fotosintetik, bakteri asam laktat, Ragi ( yeast ), Actinomycetes dan jamur fermentasi.

1.    Bakteri Fotosintetik ( Rhodopseudomonas sp. )
Bakteri ini adalah mikroorganisme mandiri dan swasembada. Bakteri ini membentuk senyawa-senyawa bermanfaat dari sekresi akar tumbuhan, bahan organik dan gas-gas berbahaya dengan sinar matahari dan panas bumi sebagai sumber energi. Zat-zat bermanfaat yang terbentuk antara lain, asam amino asam nukleik, zat bioaktif dan gula yang semuanya berfungsi mempercepat pertumbuhan
Hasil metabolisme ini dapat langsung diserap tanaman dan berfungsi sebagai substrat bagi mikroorganisme lain sehingga jumlahnya terus bertambah
2.    Bakteri asam laktat ( Lactobacillus spp. )
Dapat mengakibatkan kemandulan ( sterilizer) oleh karena itu bakteri ini dapat menekan pertumbuhan mikroorganisme yang merugikan; meningkatkan percepatan perombakan bahan organik; menghancurkan bahan organik seperti lignin dan selulosa serta memfermentasikannya tanpa menimbulkan senyawa beracun yang ditimbulkan dari pembusukan bahan organik Bakteri ini dapat menekan pertumbuhan fusarium, yaitu mikroorganime merugikan yang menimbukan penyakit pada lahan/ tanaman yang terus menerus ditanami.
3.    Ragi / Yeast ( Saccharomyces spp. )
Melalui proses fermentasi, ragi menghasilkan senyawa-senyawa bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman dari asam amino dan gula yang dikeluarkan oleh bakteri fotosintetik atau bahan organik dan akar-akar tanaman. Ragi juga menghasilkan zat-zat bioaktif seperti hormon dan enzim untuk meningkatkan jumlah sel aktif dan perkembangan akar. Sekresi Ragi adalah substrat yang baik bakteri asam laktat dan Actinomycetes.
4.    Actinomycetes
Actinomycetes menghasilkan zat-zat anti mikroba dari asam amino yang dihasilkan bakteri fotosintetik. Zat-zat anti mikroba ini menekan pertumbuhan jamur dan bakteri.
Actinomycetes hidup berdampingan dengan bakteri fotosintetik bersama-sama menongkatkan mutu lingkungan tanah dengan cara meningkatkan aktivitas anti mikroba tanah.
5.    Jamur Fermentasi
Jamur fermentasi ( Aspergillus dan Penicilium ) menguraikan bahan secara cepat untuk menghasilkan alkohol, ester dan zat-zat anti mikroba. Pertumbuhan jamur ini membantu menghilangkan bau dan mencegah serbuan serangga dan ulat-ulat merugikan dengan cara menghilangkan penyediaan makanannya.

Tiap species mikroorganisme mempunyai fungsi masing-masing tetapi yang terpenting adalah bakteri fotosintetik yang menjadi pelaksana kegiatan EM-4 terpenting. Bakteri ini disamping mendukung kegiatan mikroorganisme lainnya, ia juga memanfaatkan zat-zat yang dihasilkan mikroorganisme lain.

Secara umum manfaat Teknologi EM-4 dalam bidang pertanian adalah sebagai berikut :
1.    Memperbaiki sifat biologis, fisik dan kimia tanah
2.    Meningkatkan produksi tanaman dan menjaga kestabilan produksi
3.    Memfermentasi bahan organik tanah dan mempercepat dekomposisi
4.    Menghasilkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian berwawasan lingkungan
5.    Meningkatkan keragaman mikroba yang menguntungkan di dalam tanah.

EM-4 dikulturkan dalam bentuk medium cair berwarna coklat dalam kondisi dorman.
Pada saat disemprotkan ke dalam tanah atau tubuh tanaman (proses inokulasi) EM-4 secara aktif memfermentasikan bahan organik (sisa-sisa tanaman, pupuk hijau, pupuk kandang dll )
Hasil fermentasi dapat diserap langsung oleh perakaran tanaman, misalnya gula, alkohol, asam amino, protein, karbohidrat dan senyawa organik lainnya
. Selain itu, EM-4 merangsang perkembangan mikroorganisme yang menguntungkan tanaman; melindungi tanaman dari serangan penyakit sehingga pada akhirnya dapat menyuburkan tanah, meningkatkan produktifitas tanaman dengan biaya minimal.
Selain dapat di aplikasikan untuk pertanian, EM-4 juga dapat di aplikasikan ke bidang yang lain, seperti peternakan, perikanan, maupun produk rumah tangga.
Aplikasi EM-4 Di Bidang Peternakan
Manfaat :
  1. Mengurangi polusi bau khususnya pada kandang ternak dan lingkungan sekitarnya.
  2. Mengurangi stres pada ternak
  3. Menyehatkan ternak
  4. Menyeimbangkan mikroorganisme di dalam perut ternak
  5. Meningkatkan nafsu makan ternak
  6. Menekan penyakit pada ternak
  7. Meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi ternak
Aplikasi EM-4 di Bidang Perikanan
Manfaat :
  1. Memperbaiki mutu air tambak.
  2. Menguraikan bahan-bahan sisa makanan, kotoran udang / ikan menjadi senyawa organik yang bermanfaat.
  3. Menekan serangan mikroorganisme patogen.
  4. Meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi tambak.
  5. Menekan hama dan penyakit.

Pemerintah Jepang telah melarang EM-4 karena melepaskan air dan tidak mengikat unsur hara organik. Bakteri pengurai atau degradator yang mempercepat penguraian bahan organik menjadi senyawa dan unsur sederhana sehingga mempercepat habisnya bahan organik dan harus kita menambah dan menambah terus bahan organik ke tanah supaya tetap subur. Seperti cara MOL (mikro Organisme Lokal) itu membiakkan bakteri lokal yang ada dengan starter pancingan bahan organik yang mengandung gula seperti dari bauh-buahan yang dibusukkan sehingga juga kaya ragi alami sebagai pengurainya. Sedangkan EM 4 itu justru pengurai Kuat bahan organik apa saja yang sebaiknya digunakan untuk ekstraksi bahan herbal untuk mendapatkan bahan aktifnya, kalau digunakan di tanah seperti penyiraman seperti pupuk maka akan cepat menghabiskan bahan organik yang subur di tanah itu.
EM 4 berisi 90% mikroba lactobacilus sp, mikroba ini termasuk mikroba degradator kuat atau disebut sebagai pengurai bahan organik kuat atau dalam juga bisa disebut komposer kuat, EM 4 ditemukan oleh Teruo Higa peneliti jepang, dimana untuk membuat kompos dijepang butuh waktu yang relatif lama hingga 4 - 8 bulan, Teruo Higa menemukan teknologi em untuk mempercepat proses dekomposer di untuk digunakan oleh para petani jepang agar bisa lebih cepat dalam membuat pupuk kompos, lambat laun produk ini masuk ke indonesia dan dijual di toko toko pupuk dan bibit, lambat laun juga para petani dan para pengaya pupuk organik indonesia berlomba membuat EM 4 dan memasarkannya dengan tentunya harga yang bersaing, 20 ribu untuk 1 liter dibilang murah dan terjangkau untuk petani, tapi sayang seribu sayang pemahaman EM 4 ternyata banyak yang belum mengerti sehingga penggunaannya jadi salah kaprah dan cenderung tidak beraturan, EM 4 adalah komposter murni, artinya digunakan hanya sebagai komposer pada waktu merubah residu organik menjadi kompos,dalam proses komposisasi itu tentunya diperlukan o2 sebagai bahan tambahannya.
Masalah akan timbul ketika proses komposer diadakan dilahan yang sedang aktif, misal disawah yang sudah ditanami padi. Jika dilakukan dilahan yang aktif maka yang akan terjadi adalah pengambilan unsur 02 di dalam tanah dekat tumbuhan yang sedang dibudidaya, proses kompos ini akan menimbulkan panas yang bisa mencapa 60 derajat celcius, dan membutuhkan O2, bayangkan jika terjadi dekat akar tanaman budidaya, mereka akan pengap dan stress, kalau tidak kuat mungkin mati.
Sebaiknya proses kompos itu dilakukan diluar lahan aktif agar tidak mengganggu tanaman inti, baru setelah menjadi pupuk kompos dipindahkan ke lahan yang aktif, jika EM 4 dijadikan sebagai POC yang diguyur langsung ke pohon itu adalah sebuah kesalahan dan buang buang biaya dan sekali lagi EM 4 bukan pupuk hayati tapi merupakan komposer aktif (Anang Sucahyo).

Referensi

Anonim, 2016, Cara Mudah Membuat EM 4 http://debyuta.blogspot.co.id/2013/06/cara-mudah-membuat-em-4-effective.html, didownload pada tanggal 23 April 2016
Anonim, 2016, EM 4 (Effective Microorganism) http://www.writinganythink.com/2012/11/EM 4-effective-microorganisms-4.html, didownload pada tanggal 23 April 2016
Anonim, 2016, Manfaat dan Kerugian EM-4, http://jual-mikroba.blogspot.co.id/2014/03/manfaat-dan-kerugian-EM 4.html, didownload pada tanggal 23 April 2016
Anonim, 2016, Menakar Komposisi Kandungan EM 4 https://www.wattpad.com/311953-menakar-komposisi-kandungan-EM 4, didownload pada tanggal 23 April 2016
Anonim, 2016, Perbedaan EM 4 Pertanian dn EM 4 http://koranternak.blogspot.co.id/2015/10/perbedaan-EM 4-pertanian-dan-EM 4.html, didownload pada tanggal 23 April 2016
Anonim, 2016, Perbedaan EM 4, MOL dan PGPR, http://www.gerbangpertanian.com/2011/04/perbedaan-EM 4-mol-dan-pgpr.html, didownload pada tanggal 23 April 2016

Senin, 30 Januari 2017

IRIGASI TETES



Pembangunan sektor pertanian dewasa ini diarahkan untuk menuju pertanian yang efisien dan tangguh, mengingat kebutuhan hasil-hasil pertanian yang terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk. Pertanian lahan kering merupakan kegiatan budidaya yang banyak menglami hambatan. Salah satu faktor penghambatnya adalah terbatasnya air.  Lahan kering merupakan sebidang tanah yang dapat dapat digunakan untuk usaha pertanian dengan menggunakan air secara terbatas dan biasanya hanya mengharapkan dari curah hujan. Lebih lanjut lahan kering dengan hanya 4-5 bulan basah dikategorikan cukup riskan untuk pengembangan palawija maupun untuk hortikultura, walau lahan tersebut potensial untuk pengembangan peternakan. Keberhasilan peningkatan produksi tanaman hortikultura di Indonesia tidak terlepas dari peran irigasi yang merupakan salah satu faktor produksi penting. Usaha untuk mencapai target produksi di satu sisi, dan teknologi tepat dan murah di sisi lain telah mendorong penggunaan air secara berlebihan tanpa mempertimbangkan efisiensi penggunaan sumber daya yang tersedia. Teknologi di bidang irigasi merupakan salah satu faktor penentu dalam upaya meningkatkan produksi pertanian, khususnya pada pertanian lahan kering. Oleh karena itu, sejalan dengan perkembangan dan kemajuan di bidang irigasi, maka teknologi irigasi yang umum dilakukan oleh petani perlu disempurnakan berdasarkan penelitian dan pengkajian yang terbaru.
Pada saat musim kemarau, tanah-tanah sawah tadah hujan ditanami dengan Melon, Semangka, Kacang Panjang, Cabai Merah, Timun Suri dll. dengan menggunakan sistem irigasi saluran terbuka dengan sumber air dari sumur bor pantek yang dihisap oleh mesin pompa (umumnya berbahan bakar bensin). Sistem irigasi saluran terbuka ini adalah sistem irigasi yang tidak efisien dalam pemanfaatan airnya, bahkan beberapa literature mengatakan hanya sekitar 10% dari air yang diberikan yang diserap oleh akar tanaman, selebihnya (90%) terbuang melalui perkolasi, evaporasi dll. Selain itu bila penempatan mesin pompa air terlalu berdekatan, pada beberapa hari kemudian air menjadi sulit untuk dihisap, sehingga penggunaan mesin pompa menjadi mubasir.
Untuk mengatasi hal tersebut di atas maka dipilih alternatif untuk menggunakan sistem irigasi hemat air yaitu sistem irigasi tetes dengan pengadaan bahan baku jaringan seluruhnya berasal dari daerah tersebut. Sistem irigasi tetes dapat mencapai efisiensi 95% dalam penyerapan air oleh tanaman. Jaringan irigasinya menggunakan pipa-pipa PVC/Paralon yang kemudian air dikeluarkan dari pipa dengan menggunakan penetes ulir plastik sebagai regulator penetes, yang diteteskan di dekat tanaman. Sumber air berasal dari sumur bor pantek yang dihisap dengan pompa air listrik.
Irigasi tetes pertama kali diterapkan di Jerman pada tahun 1869 dengan menggunakan pipa tanah liat. Di Amerika, metoda irigasi ini berkembang mulai tahun 1913 dengan menggunakan pipa berperforasi. Pada tahun 1940-an irigasi tetes banyak digunakan di rumah-rumah kaca di Inggris. Penerapan irigasi tetes di lapangan kemudian berkembang di Israel pada tahun 1960-an.
Prinsip dasar irigasi tetes adalah memompa air dan mengalirkannya ke tanaman dengan perantaraan pipa-pipa yang dibocorkan tiap 15 cm (tergantung jarak antartanaman). Penyiraman dengan sistem ini biasanya dilakukan dua kali sehari pagi dan petang selama 10 menit. Sistem tekanan air rendah ini menyampaikan air secara lambat dan akurat pada akar-akar tanaman, tetes demi tetes.
Irigasi tetes tampaknya bisa dijadikan pilihan cerdas untuk mengatasi masalah kekeringan atau sedikitnya persediaan air di lahan-lahan kering. Drip irrigation dirancang khusus untuk pertanian bunga-bungaan, sayuran, tanaman keras, greenhouse, bedengan, patio dan tumbuhan di dak. Selain oleh petani tradisional, sistem mikro irigasi ini cocok untuk kebun perkotaan, sekolah, rumahan, operator greenhouse. Pada dasarnya siapapun yang bercocok tanam yang butuh pengairan yang tepat dan efisien, bisa menggunakan sistem ini. Dengan penambahan pengatur waktu (timer) yang diprogram, sistem irigasi mikro ini secara otomatis akan menyiram tanaman dengan jumlah air yang tepat setiap hari sementara anda bisa berleha-leha di rumah atau bisa tenang bepergian.
Pemberian air pada irigasi tetes dilakukan dengan menggunakan alat aplikasi (applicator, emission device) yang dapat memberikan air dengan debit yang rendah dan frekuensi yang tinggi (hampir terus-menerus) disekitar perakaran tanaman.Tekanan air yang masuk ke alat aplikasi sekitar 1.0 bar dan dikeluarkan dengan tekanan mendekati nol untuk mendapatkan tetesan yang terus menerus dan debit yang rendah. Sehingga irigasi tetes diklasifikasikan sebagai irigasi bertekanan rendah. Pada irigasi tetes, tingkat kelembaban tanah pada tingkat yang optimum dapat dipertahankan. Sistem irigasi tetes sering didesain untuk dioperasikan secara harian (minimal 12 jam per hari).
Irigasi tetes mempunyai kelebihan dibandingkan dengan metoda irigasi lainnya, yaitu dapat meningkatkan nilai guna air, dimana secara umum, air yang digunakan pada irigasi tetes lebih sedikit dibandingkan dengan metode lainnya. Meningkatkan pertumbuhan tanaman dan hasil, fluktuasi kelembaban tanah yang tinggi dapat dihindari dengan irigasi tetes ini dan kelembaban tanah dipertahankan pada tingkat yang optimal bagi pertumbuhan tanaman dan meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemberian, pemberian pupuk atau bahan kimia pada metode ini dicampur dengan air irigasi, sehingga pupuk atau bahan kimia yang digunakan menjadi lebih sedikit, serta menekan resiko penumpukan garam, dan  pertumbuhan gulma, Pemberian air pada irigasi tetes hanya terbatas di daerah sekitar tanaman, sehingga pertumbuhan gulma dapat ditekan sehingga dapat menghemat tenaga kerja, sistem irigasi tetes dapat dengan mudah dioperasikan secara otomatis, sehingga tenaga kerja yang diperlukan menjadi lebih sedikit.
Sedangkan Kelemahan atau kekurangan dari metode irigasi tetes adalah memerlukan perawatan yang intensif karena penyumbatan pada penetes merupakan masalah yang sering terjadi pada irigasi tetes. Penumpukan garam, bila air yang digunakan mengandung garam yang tinggi dan pada derah yang kering, resiko penumpukan garam menjadi tinggi. Juga akan membatasi pertumbuhan tanaman dimana pemberian air yang terbatas pada irigasi tetes menimbulkan resiko kekurangan air bila perhitungan kebutuhan air kurang cermat dan keterbatasan biaya dan teknik, sistem irigasi tetes memerlukan investasi yang tinggi dalam pembangunannya.
Sucahyo dan Sudibyo (2016) mengkaji penggunaan teknologi irigasi tetes pada budidaya melon di Trisik, Galur, Kulon Progo pada 2015-2016 dengan membandingkan dengan sistem irigasi sumur bronjong, sumur renteng dan selang. Hasil pengkajian menyimpulkan bahwa sistem irigasi tetes (infus) menghasilkan kualitas buah yang lebih baik (8-9 dari skala 10) dibandingkan dengan ketiga sistem yang lain (5-6 dari skala 10). Hasil ini sangat mempengaruhi harga penjualan dimana untuk sistem irigasi tetes menghasilkan harga penjualan Rp. 4.000.000,- per pack, sedangkan untuk ketiga sistem yang lain Rp. 3.000.00,-.
Selain itu dari sisi financial sumur bronjong menunjukkan biaya yang lebih tinggi dibandingkan dengan ketiga sistem yang lain. Sistem sumur rentang dan selang biaya hampir sama. Sedangkan untuk irigasi tetes mempunyai biaya yang paling rendah. Sistem irigasi tetes (infus) menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan ketiga sistem yang lain. Sedangkan untuk ketiga sistem yang lain pendapatan yang didapat adalah sama. Sistem irigasi tetes (infus) mempunyai tingkat keuntungan yang lebih baik dibandingkan dengan sistem yang lain. Sistem sumur renteng dan selang mempunyai tingkat keuntungan yang hampir sama, sedangkan sistem sumur bronjong mempunyai tingkat keuntungan yang paling rendah. Sistem irigasi tetes (infus) mempunyai nilai BC ratio terbaik dibandingkan dengan ketiga sistem yang ada. Hal ini sebanding dengan tingkat keuntungan yang ada. Nilai BEP pada sistem infus (irigasi tetes) antara 1 dan 2. Sedangkan untuk sistem yang lain nilai x terletak antara 2 dan 3. Hal ini berarti bahwa sistem irigasi tetes (infus) lebih menguntungkan secara finansial dibandingkan dengan sistem sumur bronjong, sumur renteng dan selang.
Oleh karena itu budidaya melon sebaiknya menggunakan sistem irigasi tetes (infus). Hal ini disebabkan sistem ini menghasilkan kualitas buah yang lebih baik sehingga harga jual lebih bagus. Selain itu secara finansial sistem ini lebih menguntungkan dibandingkan dengan sistem sumur bronjong, sumur renteng dan selang.
Kelemahan sistem ini karena lubang penyiraman sangat kecil, sehingga sangat mudah tersumbat oleh kotoran yang ada.  Pembudidaya dituntut ketelitian yang tinggi dalam sistem irigasi tetes, terutama pada saat tanaman muda. Oleh karena itu pembudidaya harus rajin mengontrol selang dan lubang tetes yang ada, terutama pada saat tanaman muda. Tersumbatnya lubang tetes ditandai dengan layunya tanaman. Penanganannya dengan membuat lubang baru dengan menggunakan jarum infus.
Selain sistem irigasi, kekompakan anggota kelompok tani sangat diperlukan dalam budidaya melon. Keserempakan dan keseragaman penanaman sangat berperan penting dalam keberhasilan budidaya ini. Tanpa kekompakan anggota kelompok budidaya melon sangat rentan terhadap hama dan penyakit.

REFERENSI

Allafa89. 2008. Sistem Irigasi. http://one.indoskripsi.com/ diakses 1 Juni 2016
Anonim, 2016,  Budidaya Melon, http://alamtani.com/budidaya-melon.html, diakses 1 Juni 2016
Anonim, 2016, Cara Memupuk Tanaman Melon, http://cybex.deptan.go.id/penyuluhan/cara-memupuk-tanaman-melon/. diakses 1 Juni 2016
Anonim, 2016, Cara Menanam dan Budidaya Melon, http://tanamanbawangmerah.blogspot.co.id/2015/04/cara-memananam-dan-budidaya-melon.html diakses 1 Juni 2016
Anonim, 2016, Cara Menanam Melon yang Baik dan Benar http://obatpertanian.com/cara-menanam-melon-yang-baik-dan-benar.html diakses 1 Juni 2016
Anonim, 2016, Makalah Irigasi Tetes, http://ilmuenergi.blogspot.co.id/2015/03/makalah-irigasi-tetes.html diakses 1 Juni 2016
Anonim, 2016, Panduan dan Cara Budidaya Melon yang Menghadilkan http://agroteknologi.web.id/panduan-dan-cara-budidaya-melon-yang-menghasilkan/ diakses 1 Juni 2016
Anonim, 2016, Panduan Lengkap Cara Budidaya Melon di Dalam Pot, https://jokowarino.id/panduan-lengkap-cara-budidaya-melon-di-dalam-pot/  diakses 1 Juni 2016
Anonim, 2016, Teknologi Irigasi Tetes, http://ditjenbun.pertanian.go.id/perlindungan/berita-278-teknologi-irigasi-tetes.html diakses 1 Juni 2016
Anwar Astuti Sari Dewi, 2008, Mekanisme Air Pada Tumbuhan,Sains
Azwaruddin. 2008. Teknik Irigasi. http://azwaruddin.blogspot.com/.  diakses 1 Juni 2016
Prastowo, A. 2002. Teknologi Irigasi Tetes. Fakultas Teknologi Pertanian. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Sobir dan Firmansyah. 2014. Berkebun melon unggul. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sucahyo, A. & Sudibyo, 2016, Telaah Aplikasi Irigasi Tetes (Infus) Pada Budidaya Melon, Unpublished