Pembangunan sektor pertanian dewasa ini
diarahkan untuk menuju pertanian yang efisien dan tangguh, mengingat kebutuhan
hasil-hasil pertanian yang terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah
penduduk. Pertanian lahan kering merupakan kegiatan budidaya yang banyak
menglami hambatan. Salah satu faktor penghambatnya adalah terbatasnya
air. Lahan kering merupakan sebidang tanah yang dapat dapat digunakan
untuk usaha pertanian dengan menggunakan air secara terbatas dan biasanya hanya
mengharapkan dari curah hujan. Lebih lanjut lahan kering dengan hanya 4-5 bulan
basah dikategorikan cukup riskan untuk pengembangan palawija maupun untuk
hortikultura, walau lahan tersebut potensial untuk pengembangan peternakan.
Keberhasilan peningkatan produksi tanaman hortikultura di Indonesia tidak
terlepas dari peran irigasi yang merupakan salah satu faktor produksi penting.
Usaha untuk mencapai target produksi di satu sisi, dan teknologi tepat dan
murah di sisi lain telah mendorong penggunaan air secara berlebihan tanpa
mempertimbangkan efisiensi penggunaan sumber daya yang tersedia. Teknologi di
bidang irigasi merupakan salah satu faktor penentu dalam upaya meningkatkan
produksi pertanian, khususnya pada pertanian lahan kering. Oleh karena itu,
sejalan dengan perkembangan dan kemajuan di bidang irigasi, maka teknologi
irigasi yang umum dilakukan oleh petani perlu disempurnakan berdasarkan
penelitian dan pengkajian yang terbaru.
Pada saat musim kemarau, tanah-tanah sawah
tadah hujan ditanami dengan Melon, Semangka, Kacang Panjang, Cabai Merah, Timun
Suri dll. dengan menggunakan sistem irigasi saluran terbuka dengan sumber air
dari sumur bor pantek yang dihisap oleh mesin pompa (umumnya berbahan bakar
bensin). Sistem irigasi saluran terbuka ini adalah sistem irigasi yang tidak
efisien dalam pemanfaatan airnya, bahkan beberapa literature mengatakan hanya
sekitar 10% dari air yang diberikan yang diserap oleh akar tanaman, selebihnya
(90%) terbuang melalui perkolasi, evaporasi dll. Selain itu bila penempatan
mesin pompa air terlalu berdekatan, pada beberapa hari kemudian air menjadi
sulit untuk dihisap, sehingga penggunaan mesin pompa menjadi mubasir.
Untuk mengatasi hal tersebut di atas maka
dipilih alternatif untuk menggunakan sistem irigasi hemat air yaitu sistem
irigasi tetes dengan pengadaan bahan baku jaringan seluruhnya berasal dari
daerah tersebut. Sistem irigasi tetes dapat mencapai efisiensi 95% dalam
penyerapan air oleh tanaman. Jaringan irigasinya menggunakan pipa-pipa
PVC/Paralon yang kemudian air dikeluarkan dari pipa dengan menggunakan penetes
ulir plastik sebagai regulator penetes, yang diteteskan di dekat tanaman.
Sumber air berasal dari sumur bor pantek yang dihisap dengan pompa air listrik.
Irigasi tetes pertama kali diterapkan di
Jerman pada tahun 1869 dengan menggunakan pipa tanah liat. Di Amerika, metoda
irigasi ini berkembang mulai tahun 1913 dengan menggunakan pipa berperforasi.
Pada tahun 1940-an irigasi tetes banyak digunakan di rumah-rumah kaca di
Inggris. Penerapan irigasi tetes di lapangan kemudian berkembang di Israel pada
tahun 1960-an.
Prinsip dasar irigasi tetes adalah memompa
air dan mengalirkannya ke tanaman dengan perantaraan pipa-pipa yang dibocorkan
tiap 15 cm (tergantung jarak antartanaman). Penyiraman dengan sistem ini
biasanya dilakukan dua kali sehari pagi dan petang selama 10 menit. Sistem
tekanan air rendah ini menyampaikan air secara lambat dan akurat pada akar-akar
tanaman, tetes demi tetes.
Irigasi tetes tampaknya bisa dijadikan
pilihan cerdas untuk mengatasi masalah kekeringan atau sedikitnya persediaan
air di lahan-lahan kering. Drip irrigation dirancang khusus untuk
pertanian bunga-bungaan, sayuran, tanaman keras, greenhouse, bedengan,
patio dan tumbuhan di dak. Selain oleh petani tradisional, sistem mikro irigasi
ini cocok untuk kebun perkotaan, sekolah, rumahan, operator greenhouse.
Pada dasarnya siapapun yang bercocok tanam yang butuh pengairan yang tepat dan
efisien, bisa menggunakan sistem ini. Dengan penambahan pengatur waktu (timer)
yang diprogram, sistem irigasi mikro ini secara otomatis akan menyiram tanaman
dengan jumlah air yang tepat setiap hari sementara anda bisa berleha-leha di
rumah atau bisa tenang bepergian.
Pemberian air pada irigasi tetes dilakukan
dengan menggunakan alat aplikasi (applicator, emission device) yang
dapat memberikan air dengan debit yang rendah dan frekuensi yang tinggi (hampir
terus-menerus) disekitar perakaran tanaman.Tekanan air yang masuk ke alat
aplikasi sekitar 1.0 bar dan dikeluarkan dengan tekanan mendekati nol untuk
mendapatkan tetesan yang terus menerus dan debit yang rendah. Sehingga irigasi
tetes diklasifikasikan sebagai irigasi bertekanan rendah. Pada irigasi tetes,
tingkat kelembaban tanah pada tingkat yang optimum dapat dipertahankan. Sistem
irigasi tetes sering didesain untuk dioperasikan secara harian (minimal 12 jam
per hari).
Irigasi tetes mempunyai kelebihan
dibandingkan dengan metoda irigasi lainnya, yaitu dapat meningkatkan nilai guna
air, dimana secara umum, air yang digunakan pada irigasi tetes lebih sedikit
dibandingkan dengan metode lainnya. Meningkatkan pertumbuhan tanaman dan hasil,
fluktuasi kelembaban tanah yang tinggi dapat dihindari dengan irigasi tetes ini
dan kelembaban tanah dipertahankan pada tingkat yang optimal bagi pertumbuhan
tanaman dan meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemberian, pemberian pupuk
atau bahan kimia pada metode ini dicampur dengan air irigasi, sehingga pupuk
atau bahan kimia yang digunakan menjadi lebih sedikit, serta menekan resiko
penumpukan garam, dan pertumbuhan gulma, Pemberian air pada irigasi tetes
hanya terbatas di daerah sekitar tanaman, sehingga pertumbuhan gulma dapat
ditekan sehingga dapat menghemat tenaga kerja, sistem irigasi tetes dapat
dengan mudah dioperasikan secara otomatis, sehingga tenaga kerja yang
diperlukan menjadi lebih sedikit.
Sedangkan Kelemahan atau kekurangan dari
metode irigasi tetes adalah memerlukan perawatan yang intensif karena
penyumbatan pada penetes merupakan masalah yang sering terjadi pada irigasi
tetes. Penumpukan garam, bila air yang digunakan mengandung garam yang tinggi
dan pada derah yang kering, resiko penumpukan garam menjadi tinggi. Juga akan
membatasi pertumbuhan tanaman dimana pemberian air yang terbatas pada irigasi
tetes menimbulkan resiko kekurangan air bila perhitungan kebutuhan air kurang
cermat dan keterbatasan biaya dan teknik, sistem irigasi tetes memerlukan
investasi yang tinggi dalam pembangunannya.
Sucahyo dan Sudibyo (2016) mengkaji penggunaan
teknologi irigasi tetes pada budidaya melon di Trisik, Galur, Kulon Progo pada
2015-2016 dengan membandingkan dengan sistem irigasi sumur bronjong, sumur
renteng dan selang. Hasil pengkajian menyimpulkan bahwa sistem irigasi tetes (infus) menghasilkan kualitas buah yang lebih
baik (8-9 dari skala 10) dibandingkan dengan ketiga sistem yang lain (5-6 dari
skala 10). Hasil ini sangat mempengaruhi harga penjualan dimana untuk sistem
irigasi tetes menghasilkan harga penjualan Rp. 4.000.000,- per pack, sedangkan
untuk ketiga sistem yang lain Rp. 3.000.00,-.
Selain itu dari sisi financial sumur bronjong menunjukkan
biaya yang lebih tinggi dibandingkan dengan ketiga sistem yang lain. Sistem
sumur rentang dan selang biaya hampir sama. Sedangkan untuk irigasi tetes
mempunyai biaya yang paling rendah. Sistem irigasi tetes (infus) menghasilkan
pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan ketiga sistem yang lain.
Sedangkan untuk ketiga sistem yang lain pendapatan yang didapat adalah sama. Sistem
irigasi tetes (infus) mempunyai tingkat keuntungan yang lebih baik dibandingkan
dengan sistem yang lain. Sistem sumur renteng dan selang mempunyai tingkat
keuntungan yang hampir sama, sedangkan sistem sumur bronjong mempunyai tingkat
keuntungan yang paling rendah. Sistem irigasi tetes (infus) mempunyai nilai BC
ratio terbaik dibandingkan dengan ketiga sistem yang ada. Hal ini sebanding
dengan tingkat keuntungan yang ada. Nilai BEP pada sistem infus (irigasi tetes)
antara 1 dan 2. Sedangkan untuk sistem yang lain nilai x terletak antara 2 dan
3. Hal ini berarti bahwa sistem irigasi tetes (infus) lebih menguntungkan
secara finansial dibandingkan dengan sistem sumur bronjong, sumur renteng dan
selang.
Oleh karena itu budidaya melon sebaiknya
menggunakan sistem irigasi tetes (infus). Hal ini disebabkan sistem ini
menghasilkan kualitas buah yang lebih baik sehingga harga jual lebih bagus.
Selain itu secara finansial sistem ini lebih menguntungkan dibandingkan dengan
sistem sumur bronjong, sumur renteng dan selang.
Kelemahan
sistem ini karena lubang penyiraman sangat kecil, sehingga sangat mudah
tersumbat oleh kotoran yang ada.
Pembudidaya dituntut ketelitian yang tinggi dalam sistem irigasi tetes,
terutama pada saat tanaman muda. Oleh karena itu pembudidaya harus rajin
mengontrol selang dan lubang tetes yang ada, terutama pada saat tanaman muda.
Tersumbatnya lubang tetes ditandai dengan layunya tanaman. Penanganannya dengan
membuat lubang baru dengan menggunakan jarum infus.
Selain
sistem irigasi, kekompakan anggota kelompok tani sangat diperlukan dalam
budidaya melon. Keserempakan dan keseragaman penanaman sangat berperan penting
dalam keberhasilan budidaya ini. Tanpa kekompakan anggota kelompok budidaya
melon sangat rentan terhadap hama dan penyakit.
REFERENSI
Allafa89. 2008. Sistem Irigasi. http://one.indoskripsi.com/
diakses 1 Juni 2016
Anonim, 2016, Budidaya Melon, http://alamtani.com/budidaya-melon.html,
diakses 1 Juni 2016
Anonim, 2016, Cara Memupuk Tanaman Melon, http://cybex.deptan.go.id/penyuluhan/cara-memupuk-tanaman-melon/.
diakses 1 Juni 2016
Anonim, 2016, Cara Menanam dan Budidaya Melon, http://tanamanbawangmerah.blogspot.co.id/2015/04/cara-memananam-dan-budidaya-melon.html
diakses 1 Juni 2016
Anonim, 2016, Cara Menanam Melon yang Baik dan Benar http://obatpertanian.com/cara-menanam-melon-yang-baik-dan-benar.html
diakses 1 Juni 2016
Anonim, 2016, Makalah Irigasi Tetes, http://ilmuenergi.blogspot.co.id/2015/03/makalah-irigasi-tetes.html
diakses
1 Juni 2016
Anonim, 2016, Panduan dan Cara Budidaya Melon yang
Menghadilkan http://agroteknologi.web.id/panduan-dan-cara-budidaya-melon-yang-menghasilkan/
diakses 1 Juni 2016
Anonim, 2016, Panduan Lengkap Cara Budidaya Melon di Dalam
Pot, https://jokowarino.id/panduan-lengkap-cara-budidaya-melon-di-dalam-pot/ diakses 1 Juni 2016
Anonim, 2016, Teknologi Irigasi Tetes, http://ditjenbun.pertanian.go.id/perlindungan/berita-278-teknologi-irigasi-tetes.html
diakses 1 Juni 2016
Anwar Astuti Sari Dewi, 2008, Mekanisme Air Pada Tumbuhan,Sains
Prastowo, A. 2002. Teknologi Irigasi Tetes. Fakultas Teknologi Pertanian.
Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Sobir dan
Firmansyah. 2014. Berkebun melon unggul.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Sucahyo, A. & Sudibyo, 2016, Telaah
Aplikasi Irigasi Tetes (Infus) Pada Budidaya Melon, Unpublished
Tidak ada komentar:
Posting Komentar